Pengambilan keputusan teroris (Studi fenomenologis pada eks-narapidana teroris jamaah ansharut Dau;lah, Jamaah Islamiyah, dan Mujahidin Indonesia Timur)

Terorisme adalah tindakan abnormal seorang individu yang melakukan tindak kejahatan dengan cara meneror, membunuh, merugikan dan merusak atas dasar suatu tujuan yang diinisiasi oleh perorangan atau kelompok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman eks-narapidana teroris dalam mengambil keputusan menjadi teroris, melakukan tindak terorisme, dan memutuskan keluar dari jaringan teroris. Metode yang digunakan pada penelitian ini kualitatif jenis Analisis Fenomenologi Interpretatif atau Interpretative Phenomenological Analysis (IPA).

Penelitian ini melibatkan tiga partisipan mantan anggota teroris Jamaah Ansharut Daulah, Jamaah Islamiyah, dan Mujahidin Indonesia Timur. Berdasarkan analisis data temuan penelitian ini memperoleh dua tema penting, yaitu 1. Tema Internal meliputi: proses kognitif dan emosional. 2. Tema Eksternal meliputi: pengaruh teman, lingkungan, guru agama, pengaruh dari pimpinan organisasi, dan pengaruh keluarga. Berdasarkan penelitian yang diperoleh, bahwa pengalaman pengambilan keputusan seseorang ketika menjadi teroris, melakukan aksi selama menjadi teroris dan keputusan untuk keluar dari jaringan terorisme dipengaruhi dua faktor utama. Pertama, faktor internal diri meliputi kognitif berupa perubahan pikiran dan sikap setelah mendapat doktrin, dan emosional berupa perasaan marah setelah mendapat doktrin dan memperoleh tontonan video provokatif, sedangkan ketika keluar dari jaringan partisipan merasa menyesal atas keputusannya menjadi teroris setelah mendapat pembelajaran dari berbagai literatur baik agama maupun umum. Kedua, faktor eksternal yang meliputi pengaruh guru agama yang berperan sebagai pengajak dengan cara mendoktrin, pimpinan organisasi yang berperan sebagai yang memberi tugas untuk melakukan aksi terorisme, teman yang berperan sebagai recruiter saat masuk organisasi sekaligus berperan menumbuhkan kesadaran pada partisipan supaya keluar dari keanggotaan organisasi. Peran lain berasal dari keluarga yaitu orang tua partisipan yang memilik peran menyadarkan untuk keluar dari jaringan teroris.