Menolak menjadi ahli waris: Studi hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab seorang menolak menjadi ahli waris, mengetahui hukum ketika seorang ahli waris ketika menolak menjadi ahli waris dalam Hukum Islam dan Perundang-undangan di Indonesia.

Metode penelitian ini yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu jenis penelitian yang sumber datanya diperoleh dari kepustakaan.

Adapun hasil penelitian yang diteliti oleh penulis mengenai menolak menjadi ahli waris dalam Hukum Islam dan Perundang-undangan di Indonesia yaitu, secara Islam tidak mengenal kata penolakan berbeda dengan Hukum barat dimana dalam Hukum barat yang mengenai hal menolak warisan sudah diatur dalam KUHPerdata pasal 1057 sampai 1063. Akan tetapi Hukum Islam menurut mazhab Hanafiyah dalam pembagian waris mengenal takharuj yang mempunyai arti perdamaian atau pengunduran diri. Sistem pembagian secara takharuj ini bertentangan dengan asas yang ada dalam kewarisan Islam yaitu asas ijbari (memaksa). Hutang pewaris lebih besar dari harta yang akan dibagikan ke ahli waris maka, ketika menolak menjadi ahli waris tidak ada kewajiban kepada ahli waris tersebut untuk membayarnya dalam Hukum Islam begitu juga, dalam Perundang-undang ahli waris terlepas dari tanggung jawabnya.

Jadi kesimpulan penulis, hukum menolak menjadi ahli waris di Perundang-undangan diperbolehkan dan dalam mazhab hanafiyah menolak menjadi ahli waris itu dibolehkan sistem pembagian ini di sebut takharuj. Pembagian model takharuj ini harus saling ridho dan sudah ada kesepakatan antara para ahli waris.