ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS CERAI GUGAT DENGAN ALASAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA BREBES NOMOR: 1567/Pdt.G/PA.Bbs)

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah tentang analisis putusan hakim dalam perkara cerai gugat dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis. Berdasarkan pengertian diatas penulis ingin mengkaji tentang permasalahan: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus cerai gugat akibat kekerasan dalam rumah tangga? 2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan kasus cerai gugat akibat kekerasan dalam rumah tangga di Pengadilan Agama Brebes?

Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), yang mengarah pada kajian dan telaah pemikiran dan kepustakaan. Dalam skripsi ini digunakan metode pengumpulan data-data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam penulisan skripsi ini penulis langsung meneliti ke Pengadilan Agama Brebes dengan putusan Nomor: 1567/Pdt.G/2022/PA.Bbs yang mana putusan tersebut berisi tentang putusan cerai gugat akibat kekerasan dalam rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1. Penggugat dan Tergugat sejak bulan Maret 2021 sering terjadi perselisihan dan pertengkaran, yang penyebabnya: Tergugat melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap Penggugat berupa pukulan dan tamparan yang menyebabkan babak belur di bagian wajah penggugat. 2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan kekerasan dalam rumah tangga adalah dalam pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Karena antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Dengan di berlakukanya Undang-Undang tersebut maka Majelis Hakim mengabulkan gugatan penggugat dengan menjatuhkan talak satu ba’in sughra tergugat (Wasir Abdul Wakhid bin Watim) terhadap penggugat (Jamilah
binti Sidik)