Faktor ekonomi sebagai penyebab tingginya angka cerai gugat tahun 2019-2020 (Studi di Pengadilan Agama Bogor)

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa faktor pemicu tingginya angka perceraian tersebut salah satu di antaranya adalah karena tuntutan ekonomi yang terlalu tinggi hingga berujung perselisihan maupun ketidakcocokan antara pasangan. Pada saat kebutuhan ekonomi memaksa untuk dipenuhi, keadaan seperti ini mendorong para istri untuk ikut andil mengambil bagian dalam upaya pemenuhan kebutuhan, untuk selanjutnya akan ada perbedaan pendapatan antara istri dan suami. Ketika keadaan pendapatan suami lebih rendah dari istri atau bahkan suami tidak mempunyai pekerjaan maka sering kali sang istri yang memegang peran dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Penelitian ini merupakan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menerapkan studi pustaka dan studi lapangan. Mula-mula dilakukan desain penelitian yang akan digunakan acuan dalam melakukan penelitian lapangan (field research) yang dikolaborasikan dengan studi kepustakaan (library research), peneliti mempelajari secara intensif mengenai latar belakang kondisi kekinian dan interaksi lingkungan, dan studi penelaahan terhadap putusan, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan, peneliti dalam memberi jawaban atas rumusan masalah dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menujukan bahwa faktor ekonomi atau nafkah merupakan faktor yang sangat dominan dalam suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhannya, hal lainnya yaitu karena ketidakmampuan seorang suami dalam memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya yang pada akhirnya terjadi keretakan dalam rumah tangga dan ketidakmampuan seorang suami dikarenakan suami tidak bekerja/berhenti bekerja, kerja serabutan, terlilit hutang dan terjerat narkotika dan mabuk-mabukan.