Hakim mediator di Pengadilan Agama (studi kegagalan Mediasi kasus cerai 2018-2019 di pengadilan Agama Jakarta Barat)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme proses dilakukannya mediasi dan faktor terjadinya kegagalan mediasi di kalangan Pengadilan Agama Jakarta Barat dalam kacamata mediator.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode kulitatatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun analisis datanya dilakukan melalui reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan.

Proses mediasi yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Barat sudah sesuai dengan PERMA No 01 Tahun 2016, yaitu mediasi di lakukan jika para pihak hadir dalam sidang, para pihak diperkenankan memilih mediator sendiri dengan syarat mediator tersebut telah bersertifikat mediator, hakim pemeriksa memberikan waktu selama tiga puluh hari kepada para pihak untuk menempuh dan menyelesaikan mediasi, mediator mendalami masalah bisa dengan kaukus atau dengan yang lain, dalam membantu merumuskan kesepakatan perdamaian, mediator wajib memastikan kesepakatan perdamaian tidak memuat ketentuan yang melanggar Perma No 1 2016, mediator berwenang untuk menyatakan bahwa proses mediasinya telah gagal dan melaporkannya kepada Hakim pemeriksa perkara bila mediasai dinyatakan gagal. Beberapa faktor penyebab gagalnya mediasi 1) Pihak berperkara tidak ber itikad baik, 2) Rasa egois yang tinggi, 3) Adanya trauma yang mendalam, 4) Rasa amarah yang memuncak, 5) Ketidak tahuannya pihak perkara tentang mediasi. 6) Waktu mediasi